Minggu, 10 Juni 2012


POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PEMBIBITAN KAMBING POTONG DI KECAMATAN KONDA KABUPATEN KONAWE SELATAN
SULAWESI TENGGARA


OLEH
MUHAMMAD MUHLISIN

ABSTRAK
Kambing adalah ternak ruminansia kecil yang hidupnya membutuhkan pakan yang berasal dari hijauan seperti rumput-rumputan, daun-daunan serta sisa hasil pertanian. Kambing mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan. Populasi kambing yang ada di Sulawesi Tenggara pada tahun 2011 adalah sebesar 121.602 ekor yang tersebar pada beberapa Kabupaten dan Kota termasuk Konawe Selatan khususnya Kecamatan Konda dengan pertumbuhan 3,21% per tahun, tetapi masih berada pada urutan ke 21 dari 33 Provinsi yang ada di Indonesia. Pembibitan kambing  saat ini masih berbasis pada peternakan rakyat yang berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana, pemanfaatan teknologi seadanya, lokasi tidak terkonsentrasi dan belum menerapkan sistem dan usaha agribisnis. Permasalahan tersebut tidak terkecuali di wilayah Konda sehingga sampai saat ini populasi kambing masih tertinggal jauh dari ternak sapi terlebih ternak unggas. Salah satu kecamatan yang memiliki potensi pengembangan ternak kambing berasal dari kabupaten Konawe Selatan tersebut memiliki luas daratan yang sangat memungkinkan untuk pengembangan pembibitan ternak kambing. Konda merupakan salah satu kecamatan yang sangat strategis untuk pembangunan dan pengembangan peternakan, khususnya kambing pedaging. Namun, keberadaan petugas teknis peternakan belum memadai. Dimana masih ada peternak yang belum memiliki kelompok peternak. Untuk itu peran Pemerintah Daerah maupun Provinsi sangat diharapkan demi kelancaran pengembangan Village Breeding Centre  (VBC) di Kecamatan Konda.

Kata kunci: kambing, populasi, pembibitan, wilayah konda, pemerintah


 


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ternak kambing adalah hewan ruminansia kecil yang hidupnya membutuhkan pakan yang berasal dari hijauan seperti rumput-rumputan, daun-daunan serta sisa hasil pertanian. Kambing mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan. Pengembangan Kambing  mempunyai prospek yang baik karena di samping untuk memenuhi kebutuhan daging di dalam negeri, juga memiliki peluang sebagai komoditas ekspor.
Ternak kambing merupakan salah satu komoditi peternakan yang belum digali potensinya secara optimal di Sulawesi Tenggara. Provinsi ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.230.569 Jiwa dengan luas Wilayah 38.140 Km2 (BPS SULTRA, 2012).  Luas wilayah dan jumlah penduduk tersebut merupakan suatu aset yang besar untuk pengembangan ternak kecil, khususnya kambing.  Luasnya wilayah Sulawesi Tenggara memungkinkan pakan ternak kambing tersedia sepanjang tahun yang dapat diperoleh dari hijauan, sisa/limbah pertanian dan perkebunan serta pakan penguat. Sementara jumlah penduduk akan meningkatkan permintaan daging kambing.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik SULTRA dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,  populasi kambing yang ada di Sulawesi Tenggara pada tahun 2011 adalah sebesar 121.602 ekor yang tersebar pada beberapa Kabupaten dan Kota dengan pertumbuhan 3,21% per tahun.   Namun, Pembibitan kambing  saat ini masih berbasis pada peternakan rakyat yang berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana, pemanfaatan teknologi seadanya, lokasi tidak terkonsentrasi dan belum menerapkan sistem dan usaha agribisnis.
Salah satu kabupaten di Sulawesi Tenggara yang memiliki potensi pengembangan ternak kambing adalah Konawe Selatan. Luas daratan yang dimiliki sangat memungkinkan pembibitan ternak kambing diwilayah ini. Konda yang merupakan salah satu kecamatan yang sangat strategis untuk pembangunan dan pengembangan peternakan, khususnya kambing pedaging.  Namun, terdapat tantangan dari lingkup regional yang berkaitan dengan dinamika permintaan produk, penyediaan bibit, kualitas bibit, dan serangan berbagai penyakit yang sangat merugikan. 
Untuk mendukung pengembangan kambing di Kecamatan Konda pada masa yang akan datang,  jumlah dan mutu bibit merupakan faktor produksi yang sangat strategis dan menentukan keberhasilan program pembangunan peternakan kambing.

B. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
1)      Mengkaji kelayakan wilayah Konda sebagai lokasi pembibitan kambing potong.
2)      Terbentuknya kelompok peternak yang menjadi media percontohan tentang tata cara mengelola usaha peternakan yang berbasis agribisnis.

2. Manfaat
1)      Memberikan informasi terkait kelayakan wilayah Konda sebagai lokasi pembibitan kambing potong.
2)      Meningkatnya kesadaran peternak maupun pemerintah terhadap prospek pembibitan ternak kambing.
3)      Meningkatnya populasi dan produktivitas kambing potong.

 

II. PEMBAHASAN
A. Pembibitan Kambing di Konda dan Permasalahannya
Kambing merupakan ternak yang memiliki sifat toleransi tinggi terhadap bermacam-macam pakan hijauan serta mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan.  Namun demikian, untuk memperoleh hasil produksi yang optimal, perlu dilakukan manajemen yang baik dalam usaha pembibitan. Pembibitan kambing  saat ini masih berbasis pada peternakan rakyat yang berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana, pemanfaatan teknologi seadanya, lokasi tidak terkonsentrasi dan belum menerapkan sistem dan usaha agribisnis. Permasalahan tersebut juga menjadi momok di wilayah Konda sehingga sampai saat ini populasi kambing masih tertinggal jauh dari ternak sapi terlebih ternak unggas.
Selain itu, tantangan dari lingkup regional berkaitan dengan dinamika permintaan produk, penyediaan bibit, kualitas bibit, dan serangan berbagai penyakit yang sangat merugikan peternak. Dalam pelaksanaan pembibitan kambing potong ada beberapa hal yang penting diperhatikan antara lain pemilihan lokasi pembibitan, Pemilihan bibit, Perkandangan, Pakan dan Air minum, Kesehatan ternak,  Perkawinan, Pencatatan (Recording), Seleksi dan Pengafkiran (Culling).
Meskipun secara teori sangatlah mudah melakukan pembibitan ternak kambing. Dimana petunjuk teknis pembibitan kambing selalu direvisi dan diterbitkan setiap tahunnya oleh pemeritah, faktanya sebagian besar peternak kecil belum mengetahuinya. Secara umum disemua desa yang ada di wilayah Konda belum terdapat lokasi khusus pembibitan kambing meskipun daya dukung sumber daya alamnya sangat menjanjikan.
 Permasalahanya terletak pada ketidakseriusan pemerintah pengembangkan wilayah Konda sebagai sumber bibit ternak kambing. Terbukti masih kurangnya kepercayaan peternak terhadap pemerintah, dimana peternak kecil umumnya lebih senang beternak seadanya tanpa ada campur tangan pemerintah. Salah satu kendala yang menyebabkan pembibitan kambing tidak ada yaitu kurangnya pembinnan oleh petugas peternakan kepada kelompok peternak ditambah lagi sebagian desa lainnya belum terdapat kelompok peternak.

B. Potensi dan Daya Dukung Wilayah Konda
Ketepatan lokasi sangat menentukan keberhasilan pengembangan pembibitan kambing.  Untuk itu, lokasi perbibitan harus memenuhi syarat-syarat berikut:
a.       Merupakan lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi wilayah sumber bibit kambing.
b.      Kondisi agroekosistem sesuai untuk pengembangan usaha pembibitan kambing antara lain didukung oleh ketersediaan sumber pakan lokal dan air, serta bukan merupakan daerah endemis penyakit hewan menular.
c.       Tersedia sarana dan prasarana serta petugas teknis peternakan.
d.      Lokasi mudah dijangkau.
Berdasarkan syarat-syarat tersebut, wilayah Konda memiliki potensi dan daya dukung untuk menjadi wilayah sumber bibit kambing potong. Didukung denan masih banyaknya lahan-lahan kosong yang belum termanfaatkan, kondisi agroekosistem yang sesuai dengan ketersediaan pakan lokal dan air yang mencukupi bahkan melimpah serta bukan merupakan daerah endemis penyakit menular. Sarana dan prasarana juga memadai serta lokasi mudah dijangkau.
Namun keberadaan petugas teknis peternakan belum memadai. Dimana masih ada peternak yang belum mmiliki kelompok peternak. Untuk itu peran Pemerintah Daerah maupun Provinsi sangat diharapkan demi kelancaran pengembangan Village Breeding Centre  (VBC) di Kecamatan Konda.


C.  Pemilihan Bibit Kambing dan Permasalahannya
            Dalam pemilihan bibit kambing yang akan dijadikan sebagai bibit ternak, ada dua persyaratan yang harus dipenuhi yakni persyaratan umum dan khusus.  
Persyaratan umum terdiri dari:
a.       Bibit kambing berasal dari daerah yang bebas penyakit hewan menular dan harus melalui pemeriksaan kesehatan,  
b.      Bibit kambing harus sehat  dan bebas dari segala cacat fisik, dan
c.       Bibit kambing harus bebas dari penyakit dan cacat reproduksi. 
Sementara untuk menjamin mutu  produk,  maka persyaratan khusus untuk kambing bibit harus sesuai dengan rumpun kambing tersebut.
1)  Kambing Peranakan Ettawah (PE)



     Gambar 1. Kambing Peranakan Etawa (PE)
Tabel 1. Persyaratan khusus kambing Peranakan Etawah (PE) sebagai bibit
Kualitatif
Kuantitatif
-          Warna bulu kombinasi putih hitam  atau putih coklat
-          Profil muka cembung
-          Tanduk pejantan dan betina kecil melengkung kebelakang
-          Ekor pendek
-          Telinga terkulai panjang
      Jantan umur >1-2 tahun
-          Bobot badan minimum 60 Kg
-          Tinggi pundak minimum 75 cm
-          Panjang badan minimum 61 cm
-          Lingkar dada minimum 80 cm
-          Panjang surai minimum 14 cm
     Betina umur > 1-2 tahun
-          Bobot badan minimum 40,2 Kg
-          Tinggi puundak minimu 71 cm
-          Panjang badan minimum 57 cm
-          Lingkar dada minimum 76 cm
-          Panjang surai minimum 14 cm
2.  Kambing Kacang

                                Gambar 2. Kambing Kacang
Tabel 2. Persyaratan khusus Kambing Kacang sebagai bibit
Kualitatif
Kuantitatif
-          Warna bulu hitam, Coklat, putih atau kombinasi ketiganya
-          Tanduk pejantan dan betina berbentuk pedang melengkung ke belakang
-          Ekor pendek
-          Jantan berjenggot dan betina jarang
-          Telinga tegak
      Jantan umur >1-2 tahun
-          Bobot badan minimum 25 Kg
-          Tinggi pundak minimum 55,7 cm
-          Panjang badan minimum 55 cm
-          Lingkar dada minimum 67,6 cm
      Betina umur > 1-2 tahun
-          Umur pertama beranak maksimal 18 bulan
-          Bobot badan minimum 22 Kg
-          Tinggi pundak minimu 55,3 cm
-          Panjang badan minimum 47 cm
-          Lingkar dada minimum 62,1 cm
  

3.  Kambing Bligon




                            Gambar 3. Kambing Bligon

Tabel 3. Persyaratan khusus Kambing Bligon sebagai bibit
Kualitatif
Kuantitatif
-          Warna coklat, putih, hitam atau kombinasi ketiganya
-          Tanduk pejantan dan betina kecil
-          Ekor pendek
-          Telinga lebar terbuka dan terkulai
      Jantan umur >1-2 tahun
-          Bobot badan minimum 42 Kg
-          Tinggi pundak minimum  60 cm
-          Panjang badan minimum 50 cm
-          Lingkar dada minimum 75 cm
      Betina umur > 1-2 tahun
-          Bobot badan minimum 40 Kg
-          Tinggi puundak minimu 56 cm
-          Panjang badan minimum 48 cm
-          Lingkar dada minimum 70 cm

Berdasarkan ulasan tersebut, ketiga jenis kambing (kacang, peranakan etawah dan bligon) sangat potensial dikembangkan di wilayah Konda. Kambing-kambing tersebut memiliki sifat adaptif yang tinggi, terbukti populasinya kini semakin meningkat khususnya kambing kacang. Namun, tujuan pemeliharaanya pada umumnya hanya untuk dipotong bukan untuk dijadikan ternak bibit. Hal ini disebabkan orientasi peternak hanya mengharapkan keuntungan dari hasil penjualan kambing siap potong bukan dari hasil penjualan ternak bibitnya. 
Sebaran ketiga jenis kambing ini masih sangat beragam di berbagai Kabupaten dan Kota di Sulaweai Tenggara. Untuk diwilayah Konda kambing kacang lebih mendominasi dengan populasi yang tidak terlalu banyak. Dalam melakukan seleksi bibit ternak kambing, maka peternak secara mandiri sulit melakukannya.
Permasalahan tersebut perlu segera diatasi apabila ingin mendapatkan ternak kambing yang produktivitasnya tinggi sesuai dengan persyaratan khusus pemilihan bibit ternak,  sehingga dapat memproduksi ternak bibit yang baik. Untuk itu, peran aktif semua pihak (pemerintah, akademisi maupun peternak) sangat diharapkan guna mendukung potensi wilayah Konda sebagai sentral pembibitan kambing.



 

III. PENUTUP


      Dari bahasan diatas, dapat diambil beberapa simpulan bahwa:
1.      Konawe Selatan khususnya Kecamatan Konda memiliki potensi yang besar serta layak dijadikan lokasi pengembangan pembibitan ternak kambing dengan memanfaatkan kambing yang sudah tersebar di Wilayah Konda yaitu kambing Kacang, PE dan Bligon.
2.      Untuk mencapai produksi yang optimal dalam pembibitan kambing, maka pembentukan kelompok peternak kambing harus disegerakan serta pedoman teknis pembibitan harus dijalankan dengan baik.




 

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2012.  Sulawesi Tenggara dalam Angka.  http://www. BPS.co.id. 

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.  2012.  Pedoman Teknis Pembibitan Kambing dan Doomba.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.  2012.  Populasi Kambing Nasional Berdasarkan Propinsi.

Redaksi, Agromedia. 2009.  Petunjuk Praktis Menggemukkan Domba, Kambing dan Sapi Potong.  AgroMedia Pustaka.  Jakarta.