POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PEMBIBITAN KAMBING
POTONG DI KECAMATAN KONDA KABUPATEN KONAWE SELATAN
SULAWESI TENGGARA
OLEH
MUHAMMAD MUHLISIN
ABSTRAK
Kambing adalah ternak ruminansia kecil
yang hidupnya membutuhkan pakan yang berasal dari hijauan seperti
rumput-rumputan, daun-daunan serta sisa hasil pertanian. Kambing mempunyai daya
adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan. Populasi
kambing yang ada di Sulawesi Tenggara pada tahun 2011 adalah sebesar 121.602
ekor yang tersebar pada beberapa Kabupaten dan Kota termasuk Konawe Selatan
khususnya Kecamatan Konda dengan pertumbuhan 3,21% per tahun, tetapi masih
berada pada urutan ke 21 dari 33 Provinsi yang ada di Indonesia. Pembibitan
kambing saat ini masih berbasis pada
peternakan rakyat yang berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana,
pemanfaatan teknologi seadanya, lokasi tidak terkonsentrasi dan belum
menerapkan sistem dan usaha agribisnis. Permasalahan tersebut tidak terkecuali di
wilayah Konda sehingga sampai saat ini populasi kambing masih tertinggal jauh
dari ternak sapi terlebih ternak unggas. Salah
satu kecamatan yang memiliki potensi pengembangan ternak kambing berasal dari
kabupaten Konawe Selatan tersebut memiliki luas daratan yang sangat
memungkinkan untuk pengembangan pembibitan ternak kambing. Konda merupakan
salah satu kecamatan yang sangat strategis untuk pembangunan dan pengembangan
peternakan, khususnya kambing pedaging. Namun, keberadaan petugas teknis
peternakan belum memadai. Dimana masih ada peternak yang belum memiliki
kelompok peternak. Untuk itu peran Pemerintah Daerah maupun Provinsi sangat
diharapkan demi kelancaran pengembangan Village Breeding Centre (VBC) di Kecamatan Konda.
Kata kunci: kambing, populasi, pembibitan,
wilayah konda, pemerintah
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ternak kambing
adalah hewan ruminansia kecil yang hidupnya membutuhkan pakan yang berasal dari
hijauan seperti rumput-rumputan, daun-daunan serta sisa hasil pertanian. Kambing
mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan. Pengembangan
Kambing mempunyai prospek yang baik
karena di samping untuk memenuhi kebutuhan daging di dalam negeri, juga
memiliki peluang sebagai komoditas ekspor.
Ternak kambing
merupakan salah satu komoditi peternakan yang belum digali potensinya secara
optimal di Sulawesi Tenggara. Provinsi ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.230.569
Jiwa dengan luas Wilayah 38.140 Km2 (BPS SULTRA, 2012). Luas wilayah dan jumlah penduduk tersebut
merupakan suatu aset yang besar untuk pengembangan ternak kecil, khususnya
kambing. Luasnya wilayah Sulawesi
Tenggara memungkinkan pakan ternak kambing tersedia sepanjang tahun yang dapat
diperoleh dari hijauan, sisa/limbah pertanian dan perkebunan serta pakan
penguat. Sementara jumlah penduduk akan meningkatkan permintaan daging kambing.
Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik SULTRA dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan, populasi kambing yang ada di
Sulawesi Tenggara pada tahun 2011 adalah sebesar 121.602 ekor yang tersebar
pada beberapa Kabupaten dan Kota dengan pertumbuhan 3,21% per tahun. Namun, Pembibitan kambing saat ini masih berbasis pada peternakan rakyat
yang berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana, pemanfaatan teknologi
seadanya, lokasi tidak terkonsentrasi dan belum menerapkan sistem dan usaha
agribisnis.
Salah satu
kabupaten di Sulawesi Tenggara yang memiliki potensi pengembangan ternak
kambing adalah Konawe Selatan. Luas daratan yang dimiliki sangat memungkinkan
pembibitan ternak kambing diwilayah ini. Konda yang merupakan salah satu
kecamatan yang sangat strategis untuk pembangunan dan pengembangan peternakan,
khususnya kambing pedaging. Namun,
terdapat tantangan dari lingkup regional yang berkaitan dengan dinamika
permintaan produk, penyediaan bibit, kualitas bibit, dan serangan berbagai
penyakit yang sangat merugikan.
Untuk mendukung
pengembangan kambing di Kecamatan Konda pada masa yang akan datang, jumlah dan mutu bibit merupakan faktor produksi
yang sangat strategis dan menentukan keberhasilan program pembangunan
peternakan kambing.
B. Tujuan dan Manfaat
1.
Tujuan
1) Mengkaji
kelayakan wilayah Konda sebagai lokasi pembibitan kambing potong.
2) Terbentuknya
kelompok peternak yang menjadi media percontohan tentang tata cara mengelola
usaha peternakan yang berbasis agribisnis.
2.
Manfaat
1) Memberikan
informasi terkait kelayakan wilayah Konda sebagai lokasi pembibitan kambing
potong.
2) Meningkatnya
kesadaran peternak maupun pemerintah terhadap prospek pembibitan ternak kambing.
3) Meningkatnya
populasi dan produktivitas kambing potong.
II. PEMBAHASAN
A. Pembibitan Kambing di
Konda dan Permasalahannya
Kambing
merupakan ternak yang memiliki sifat toleransi tinggi terhadap bermacam-macam pakan
hijauan serta mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan
lingkungan. Namun demikian, untuk
memperoleh hasil produksi yang optimal, perlu dilakukan manajemen yang baik
dalam usaha pembibitan. Pembibitan kambing saat ini masih berbasis pada peternakan rakyat
yang berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana, pemanfaatan teknologi
seadanya, lokasi tidak terkonsentrasi dan belum menerapkan sistem dan
usaha agribisnis. Permasalahan tersebut juga menjadi momok di wilayah Konda sehingga
sampai saat ini populasi kambing masih tertinggal jauh dari ternak sapi
terlebih ternak unggas.
Selain itu,
tantangan dari lingkup regional berkaitan dengan dinamika permintaan produk,
penyediaan bibit, kualitas bibit, dan serangan berbagai penyakit yang sangat
merugikan peternak. Dalam pelaksanaan pembibitan kambing potong ada beberapa
hal yang penting diperhatikan antara lain pemilihan lokasi pembibitan, Pemilihan
bibit, Perkandangan, Pakan dan Air minum, Kesehatan ternak, Perkawinan, Pencatatan (Recording), Seleksi
dan Pengafkiran (Culling).
Meskipun secara
teori sangatlah mudah melakukan pembibitan ternak kambing. Dimana petunjuk
teknis pembibitan kambing selalu direvisi dan diterbitkan setiap tahunnya oleh
pemeritah, faktanya sebagian besar peternak kecil belum mengetahuinya. Secara
umum disemua desa yang ada di wilayah Konda belum terdapat lokasi khusus
pembibitan kambing meskipun daya dukung sumber daya alamnya sangat menjanjikan.
Permasalahanya
terletak pada ketidakseriusan pemerintah pengembangkan wilayah Konda sebagai
sumber bibit ternak kambing. Terbukti masih kurangnya kepercayaan peternak
terhadap pemerintah, dimana peternak kecil umumnya lebih senang beternak
seadanya tanpa ada campur tangan pemerintah. Salah satu kendala yang
menyebabkan pembibitan kambing tidak ada yaitu kurangnya pembinnan oleh petugas
peternakan kepada kelompok peternak ditambah lagi sebagian desa lainnya belum
terdapat kelompok peternak.
B.
Potensi dan Daya Dukung Wilayah Konda
Ketepatan lokasi sangat menentukan
keberhasilan pengembangan pembibitan kambing.
Untuk itu, lokasi perbibitan harus memenuhi syarat-syarat berikut:
a. Merupakan
lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi wilayah sumber bibit kambing.
b. Kondisi
agroekosistem sesuai untuk pengembangan usaha pembibitan kambing antara lain
didukung oleh ketersediaan sumber pakan lokal dan air, serta bukan merupakan
daerah endemis penyakit hewan menular.
c. Tersedia
sarana dan prasarana serta petugas teknis peternakan.
d. Lokasi
mudah dijangkau.
Berdasarkan syarat-syarat tersebut,
wilayah Konda memiliki potensi dan daya dukung untuk menjadi wilayah sumber
bibit kambing potong. Didukung denan masih banyaknya lahan-lahan kosong yang
belum termanfaatkan, kondisi agroekosistem yang sesuai dengan ketersediaan
pakan lokal dan air yang mencukupi bahkan melimpah serta bukan merupakan daerah
endemis penyakit menular. Sarana dan prasarana juga memadai serta lokasi mudah
dijangkau.
Namun keberadaan petugas teknis
peternakan belum memadai. Dimana masih ada peternak yang belum mmiliki kelompok
peternak. Untuk itu peran Pemerintah Daerah maupun Provinsi sangat diharapkan
demi kelancaran pengembangan Village
Breeding Centre (VBC) di Kecamatan
Konda.
C. Pemilihan Bibit Kambing dan Permasalahannya
Dalam pemilihan bibit kambing yang
akan dijadikan sebagai bibit ternak, ada dua persyaratan yang harus dipenuhi
yakni persyaratan umum dan khusus.
Persyaratan
umum terdiri dari:
a. Bibit
kambing berasal dari daerah yang bebas penyakit hewan menular dan harus melalui
pemeriksaan kesehatan,
b. Bibit
kambing harus sehat dan bebas dari
segala cacat fisik, dan
c. Bibit
kambing harus bebas dari penyakit dan cacat reproduksi.
Sementara untuk menjamin mutu produk,
maka persyaratan khusus untuk kambing bibit harus sesuai dengan rumpun
kambing tersebut.
1) Kambing Peranakan Ettawah (PE)
Gambar 1. Kambing Peranakan Etawa (PE)
Tabel
1. Persyaratan khusus kambing Peranakan Etawah (PE) sebagai bibit
Kualitatif
|
Kuantitatif
|
-
Warna bulu kombinasi
putih hitam atau putih coklat
-
Profil muka cembung
-
Tanduk pejantan dan
betina kecil melengkung kebelakang
-
Ekor pendek
-
Telinga terkulai panjang
|
Jantan umur >1-2 tahun
-
Bobot badan minimum
60 Kg
-
Tinggi pundak minimum
75 cm
-
Panjang badan minimum
61 cm
-
Lingkar dada minimum
80 cm
-
Panjang surai minimum
14 cm
Betina umur > 1-2 tahun
-
Bobot badan minimum
40,2 Kg
-
Tinggi puundak minimu
71 cm
-
Panjang badan minimum
57 cm
-
Lingkar dada minimum
76 cm
-
Panjang surai minimum
14 cm
|
2. Kambing Kacang
Gambar 2. Kambing Kacang
Tabel
2. Persyaratan khusus Kambing Kacang sebagai bibit
Kualitatif
|
Kuantitatif
|
-
Warna bulu hitam,
Coklat, putih atau kombinasi ketiganya
-
Tanduk pejantan dan
betina berbentuk pedang melengkung ke belakang
-
Ekor pendek
-
Jantan berjenggot dan
betina jarang
-
Telinga tegak
|
Jantan umur >1-2 tahun
-
Bobot badan minimum
25 Kg
-
Tinggi pundak minimum
55,7 cm
-
Panjang badan minimum
55 cm
-
Lingkar dada minimum
67,6 cm
Betina umur > 1-2 tahun
-
Umur pertama beranak
maksimal 18 bulan
-
Bobot badan minimum
22 Kg
-
Tinggi pundak minimu
55,3 cm
-
Panjang badan minimum
47 cm
-
Lingkar dada minimum
62,1 cm
|
3. Kambing Bligon
Tabel
3. Persyaratan khusus Kambing Bligon sebagai bibit
Kualitatif
|
Kuantitatif
|
-
Warna coklat, putih,
hitam atau kombinasi ketiganya
-
Tanduk pejantan dan
betina kecil
-
Ekor pendek
-
Telinga lebar terbuka
dan terkulai
|
Jantan umur >1-2 tahun
-
Bobot badan minimum
42 Kg
-
Tinggi pundak
minimum 60 cm
-
Panjang badan minimum
50 cm
-
Lingkar dada minimum
75 cm
Betina umur > 1-2 tahun
-
Bobot badan minimum
40 Kg
-
Tinggi puundak minimu
56 cm
-
Panjang badan minimum
48 cm
-
Lingkar dada minimum
70 cm
|
Berdasarkan ulasan tersebut, ketiga
jenis kambing (kacang, peranakan etawah dan bligon) sangat potensial
dikembangkan di wilayah Konda. Kambing-kambing tersebut memiliki sifat adaptif yang
tinggi, terbukti populasinya kini semakin meningkat khususnya kambing kacang. Namun,
tujuan pemeliharaanya pada umumnya hanya untuk dipotong bukan untuk dijadikan ternak
bibit. Hal ini disebabkan orientasi peternak hanya mengharapkan keuntungan dari
hasil penjualan kambing siap potong bukan dari hasil penjualan ternak bibitnya.
Sebaran ketiga jenis kambing ini masih
sangat beragam di berbagai Kabupaten dan Kota di Sulaweai Tenggara. Untuk
diwilayah Konda kambing kacang lebih mendominasi dengan populasi yang tidak
terlalu banyak. Dalam melakukan seleksi bibit ternak kambing, maka peternak
secara mandiri sulit melakukannya.
Permasalahan tersebut perlu segera
diatasi apabila ingin mendapatkan ternak kambing yang produktivitasnya tinggi
sesuai dengan persyaratan khusus pemilihan bibit ternak, sehingga dapat memproduksi ternak bibit yang
baik. Untuk itu, peran aktif semua pihak (pemerintah, akademisi maupun
peternak) sangat diharapkan guna mendukung potensi wilayah Konda sebagai
sentral pembibitan kambing.
III. PENUTUP
Dari
bahasan diatas, dapat diambil beberapa simpulan bahwa:
1. Konawe
Selatan khususnya Kecamatan Konda memiliki potensi yang besar serta layak dijadikan
lokasi pengembangan pembibitan ternak kambing dengan memanfaatkan kambing yang
sudah tersebar di Wilayah Konda yaitu kambing Kacang, PE dan Bligon.
2. Untuk
mencapai produksi yang optimal dalam pembibitan kambing, maka pembentukan
kelompok peternak kambing harus disegerakan serta pedoman teknis pembibitan
harus dijalankan dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
2012. Pedoman Teknis Pembibitan
Kambing dan Doomba.
Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
2012. Populasi Kambing Nasional
Berdasarkan Propinsi.
Redaksi,
Agromedia. 2009. Petunjuk Praktis Menggemukkan Domba, Kambing dan Sapi Potong. AgroMedia Pustaka. Jakarta.